Monday, February 4, 2013

Mr. M


*turn the music first


Dear You,

            Sebuah film seperti pertanda bagi kami. Dipadukan dengan segelas kopi yang mampu menghangatkan kita. Di sudut kota Jakarta, sebagai kota yang memiliki hiruk pikuk.

            Seorang pernah menjadi bagian kepingan hidup saya mengarungi kota Jakarta. Kepingan yang sudah hilang entah dimana keberadaannya. Dia, lelaki yang berbintang Aquarius. Pembawaannya yang tenang, menghanyutkanku. Hanyut akan teka-teki hidupnya. Teka-teki yang tak mampu aku jawab seluruhnya. Tepat dihari ini, usianya bertambah. Hallo kamu, si senyum khas, selamat bertambah usia. Apa kabar? Lelaki yang bisa membuat aku merasa nyaman. Sang petualang dan sang pencerita. Aku yakin kamu ingat semuanya. Banyak sekali cerita yang hanya bercerita kepadamu, karena aku merasa nyaman dengan seonggok tubuh yang mampu mendengarkan ketika bercerita. Kita berusaha saling mengerti satu sama lain. Kamu mampu membuat segalanya bermakna entah hal sekecil apa pun itu.

         Ini adalah segelintir perjalanan. Perjalanan ini mengajarkan kita tentang kisah yang membuat masa lalu menjadi memiliki rasa masing-masing. Ada hal-hal tentang kita yang tidak aku pahami. Diorama ini mungkin mempunyai efek yang lebih dahsyat karena memiliki ruang untuk imajinasi. Ada sehelai potret yang senantiasa kuselipkan di dalam kotak imajinasiku. Potret yang menyiratkan perjalanan kita. Semburat wajah kamu dan aku dalam secarik kertas foto. Kamu terlihat mempunyai kehangatan tetap, sorot matanya tajam menembus siapa saja, mempunyai ciri khas raut wajah, serta senyuman. Sedangkan aku adalah seorang perempuan yang penuh pertanyaan akan petualangannya. Berjalan-jalan menyusuri urat nadi Jakarta bersama kamu tentu saja menjadi sebuah pencerahan. Pencerahan akan rutinitas kita masing-masing.

            Di suatu malam yang sepi, bulan bersembunyi menemaniku menyambut akan kelahiranmu. Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan. Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan. Kita bahkan tidak tahu apa sesungguhnya yang dicita-citakan oleh setiap pihak yang bertikai akan masa lalu. Tubuhku seolah sudah berangkat menghampirimu, tetapi diam mematung. Di antara hembusan angin malam musim hujan di bulan Februari yang menderu-deru, mengejek rasa jeriku, aku menatap bayanganmu. Bagaimana pun juga, selamat berbahagia. Berbahagialah dengan perjalanan hidupmu dengan semangat baru. "Bersyukur" kata-kata tersebut menjadi vitamin hidupmu. Aku juga akan mencari kebahagianku sendiri, tanpa kamu. Aku terdiam, aku tak tahu bagaimana caranya untuk mengucapkan hari lahirmu. Kubiarkan berbagai aliran di dalam tubuhku mengalir dengan cepatnya, memainkan harmonikan kehidupan dengan bercengkrama melalui alunan musik. Tidur di atas lantai menatap langit-langit dan insomnia menyambutku. Berbahagialah selalu, karena bahagia itu tak cuma sederhana tapi juga perjuangan. Aku diam dan menghitung satu hingga sepuluh untuk menanti hari kelahiranmu dan berdoa mencapai tingkat kesadaran normal. Segala yang bagus dan bercahaya mulai menyambutku, dengan keluarga dan sahabat yang begitu erat memelukku, apa lagi yang harus kukeluhkan? Aku tersenyum.

            Selamat bertambah usia, Tuhan memberkati hidupmu. Waktu ajari kita untuk menerima, aku dan hadirmu. Ku panjatkan doa sederhana dari seorang perempuan yang memilih untuk mengikhlaskan hati dan menenangkan otaknya dengan sebuah cara sederhana. Senyuman. :) 


Salam hangat,

your letter.





            

No comments:

Post a Comment