
Kami, para pecinta fotografi dengan nama Obscura yang beranggotakan 32 orang berencana untuk makrab sekaligus hunting ke Ujung Genteng. Tepatnya pada tanggal 7,8,9 February 2011. Tetapi kami memilih waktu keberangkatan pada malam hari tepatnya jam 22.30 wib karena kami ingin sampai di tempat pada pagi hari mengingat perjalanan yang dibutuhkan yaitu sekitar 10jam dari Tangerang. Perjalanan kami ke sana yaitu dengan menyewakan bus pariwisata selama 3 hari 2 malam. Untuk menyewa bus non AC kami mengeluarkan dana sebesar Rp. 3.200.000 terdiri dari Rp. 3.000.000 untuk biaya bus dan Rp. 200.000 untuk cash karena berangkat malam hari. Biaya tersebut belum termasuk uang tol dan uang rokok untuk supir.
Mengapa kami memilih Ujung Genteng? Karena satu hal pantai tersebut terkenal dengan keindahannya dikarenakan pantai tersebut belum terlalu dikenal banyak orang dan memiliki karakteristik yaitu airnya yang bersih dan ombaknya yang besar.
Akan tetapi, pantai ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan pantai Karnaval Ancol yang terkenal airnya yang kotor dan sudah terkena limbah pemukiman penduduk. Ujung Genteng merupakan daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat yang terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 220 kilometer dari Ibu Kota Jakarta atau 230 kilometer dari Kota Bandung. Perjalanan dari Tangerang menuju Ujung Genteng melewati jalanan yang berliku-liku dan kondisi jalanan yang tidak mulus.

Sekitar pukul 08.00 wib kami sampai di tempat dengan selamat. Lalu kami menginap di salah satu villa yaitu Villa Pak Ujang dengan biaya Rp.3.200.000 untuk menyewa villa selama 3 hari 2 malam dan juga Rp. 3.000.000 untuk biaya makan. Di Ujung Genteng sendiri ada beberapa villa yang disewakan tetapi kami memilih Villa Pak Ujang karena dekat dengan pantai dan biaya lebih murah. Ada plus dan minus dari setiap Villa. Di Villa Pak Ujang sendiri hal negatifnya yaitu kondisi bangunan yang tidak modern karena masih dari kayu berbeda dengan Villa Kakap dengan kondisi bangunan terlihat modern. Tetapi sisi positifnya yaitu Villa Pak Ujang tersedia lapangan yang luas terbukti adanya lapangan untuk bermain volli, lapangan untuk bermain basket, lapangan untuk bermain bola, tersedia warung untuk menikmati kelapa yang baru dipetik dari pohonnya dan juga adanya ayunan untuk duduk santai menikmati pemandangan. Untuk menikmati pemandangan pantai kami tinggal jalan kaki dari Villa tempat kami menginap. Kemudian kami hunting mengelilingi Ujung Genteng dengan berjalan kaki.
Pagi harinya kami pergi ke pasar dan menikmati sunrise di pagi hari. Tak lupa kami siap bermain dengan kamera kami karena sunrise di Ujung Genteng sangat indah tidak kalah dengan Pulau Bali. Lalu kegiatan kami berikutnya yaitu ke pasar untuk membeli ikan dan mencari objek ‘human interest’. Saran kami saat membeli ikan yaitu pintar-pintar menawar harga dan juga memilih ikan yang kondisinya masih fresh. Cara memilih ikan yang baik yaitu lihat insang untuk bernafas apakah masih segar apa tidak karena kalau warnanya pucat itu berarti tidak fresh begitu juga dengan mata pada ikan. Kemudian kita liat dagingnya, memilih daging yang baik itu tidak lembek dan juga tidak keras. Setelah itu mintalah tukang ikan untuk membersihkan perut ikan biasanya di daerah pantai paling asyik makan ikan bakar pada malam hari. Terakhir pintar-pintarlah mengolah ikan agar tidak alergi bagi kalian yang terkadang alergi makanan laut. Alhasil kita mendapatkan ikan sebanyak 6kg dengan biaya Rp. 160.000

Hari berikutnya kami pergi menuju tempat penangkaran penyu di Pantai Pangumbahan. Untuk ke tempat tersebut kami harus menyewa ojek karena kondisi jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan seperti bus ataupun mobil. Menyewa ojek dikenai biaya Rp. 40.000/orang. Memang agak mahal tetapi sangat puas karena satu jalanan sangatlah jauh apabila ingin berjalan kaki, dan kedua ojek tersebut menunggui kita jadi waktu kita yang mengatur kapan kita pulang. Selama perjalanan menuju penangkaran penyu terdapat pemandangan yang luar biasa karena kita bisa melihat serunya ombak menari-nari di laut lepas karena ombak besar dari tengah samudera lebih dulu pecah berserak lantaran terhalang gugusan karang laut di depan bibir pantai, sehingga kita dapat menikmati alam dengan pantai yang indah, aman, dan nyaman. Anak-anak boleh berenang di laut sepuasnya dan memungkinkan memandang sekumpulan ikan berwarna-warni di sela-sela batu karang, menandakan betapa alaminya lingkungan Ujung Genteng. Lokasi ombak tersebut merupakan kawasan favorit bagi wisatawan untuk berselancar karena ombak yang cukup menantang dan terkenal dengan sebutan “ombak tujuh”. Mengapa disebut ombak tujuh? Karena menurut Bapak tukang ojeg yang sekaligus jadi pemandu wisata, ombaknya selalu berurutan tujuh ombak dan selalu besar-besar.

Sesampainya di Pantai Pangumbahan tepatnya di penangkaran penyu kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp. 5000/orang. Kami pun masuk dan melewati kandang untuk penangkaran penyu. Penyu kecil biasa di lepaskan ke habitat aslinya di laut yaitu sekitar pukul 17.00 wib sehingga kami pun harus menunggu. Selagi menunggu, kami pun beraksi kembali dengan kamera untuk mengambil objek-objek di sekitar Pantai Pangumbahan. Foto ombak, foto siluet, dan foto pantai selalu menjadi objek favorit fotografi. Waktu yang ditunggu yaitu saat kami melepas penyu ke pantai dan kami bisa memotret penyu kecil tersebut. Penyu di Indonesia sangatlah langka sehingga perlu dilestarikan sehingga tempat tersebut dijadikan observasi sekaligus tempat untuk melestarikan penyu. Kami pun puas melihat penyu kecil tersebut kembali ke habitat aslinya. Sunset di Pantai Pangumbahan pun muncul sehingga kami sangat menikmati dan menghabiskan waktu untuk berada di Pantai Pangumbahan.
Tidak terasa sudah memasuki hari ketiga di Ujung Genteng. Kami pun belum puas dan masih betah untuk selalu berada di Pantai Ujung Genteng. Obscura melanjutkan perjalanan ke objek wisata Curug Cikaso. Daerah tersebut terkenal dengan keindahan air terjun yang tidak kalah dengan air terjun Niagara. Butuh waktu 1,5 jam perjalanan dari Villa menuju Cikaso. Sesampainya disana kami harus menyewa perahu agar sampai di Curug tersebut. Untuk menyewa perahu yaitu dengan biaya Rp. 80.000/perahu dengan muatan 10 orang. Kami pun menikmati pemandangan menuju Curug Cikaso. Ada satu hal yang membuat kami terheran-heran karena adanya perbedaan warna pada air yaitu coklat dan hijau. Curug Cikaso menjadi wisata favorit. Satu kata setelah melihat Curug Cikaso keren!! Itulah kata yang pertama diucapkan setelah melihat langsung Curug tersebut. Air terjunnya yang mengalir deras dan jernih air membuat kami betah untuk berlama-lama di Curug tersebut. Tangan kami pun gatal untuk segera memotret keindahan Curug tersebut. Akhirnya waktulah yang memisahkan kami dengan Ujung Genteng. Kami pun bergegas untuk kembali ke Tangerang. Anda pun pasti tidak menyesal setelah berkunjung ke Ujung Genteng walaupun jalannya yang sangat jauh dan kondisi jalan yang kurang mendukung semua itu terbayar dengan pemandangan yang begitu magic! di Ujung Genteng dan Curug Cikaso. Berlibur ke Bali itu sudah biasa tetapi berlibur ke Ujung Genteng sangatlah luar biasa. Tempat tersebut juga menjadi rekomendasi untuk para pecinta fotografi karena pemandangan yang begitu magic! menyihir kita untuk selalu ingin berada disana.

kalo foto laut jangan miring2 mbaeee..nanti airnya tumpahhh..... ;p
ReplyDeletemakasih april atas sarannya itu kayaknya efek lensa widenya deh tapi its ok :))
ReplyDeleteno excuseeeee -_______-
ReplyDeleteforgiveness :* :*
ReplyDelete