Hei
dewa malam! Malam menyisakan sebutir sepi yang akan mengacu pada mata yang
masih haus akan kata. Sepinya malam meluluhlantahkan ketika dekapan menjadi
kepedihan. Sang petualang tak pernah berhenti melangkah. Membawa peta buta, aku
menempuhmu, menghapus jejak jauhmu. Dibalik cahaya malam yang remang, ada
banyak ragam tanya terpotret tentang wajahmu.
Entah itu cemas. Entah itu harapan. Entah itu hanya hembusan nafas yang silih berganti.
Disini, aku menyapa dewa malam. Dalam diam, aku menikmati kata demi kata yang diucapkan sang dewa, “ Tentang sebuah keyakinan yang tidak selalu kukuh diyakini, karena anugerah itu tak pernah mati sekalipun hari berganti.”
Kepada yang Ilahi, aku bernafas untuk menikmati detik kehidupanku. Kepada yang Ilahi juga, aku mengadu baik saat jatuh ataupun tidak karena ‘mungkin’ ada luka yang belum benar-benar sembuh yang membuat semakin jenuh dengan rasa jenuh. Ada kebenaran-kebenaran yang hanya dapat ditemukan lewat penderitaan atau titik krisis dari pelbagai situasi gawat dalam hidup kita.
Apa yang indah menurut saya belum tentu indah buat orang lain. Seharusnya, apa yang sudah tumbuh tidak bisa kamu bunuh. Tapi beberapa memiliki tastenya masing-masing. Kebohongan itu bukan cuma ganggu dan menyakitkan tetapi juga menghina.
Ke batas waktu, aku bersamamu menembus cakrawala buat duniaku meluas. Lewat perjalanan mengajarkanku bahwa tidak ada jaminan sebuah harapan berjalan sukses, apalagi hal tersebut sesuatu yang baru. Jika tidak ada jaminan sukses itulah, maka dapat membuat aku jadi lebih berani. Walaupun gagal, aku tetap melangkah. Kadang, ketulusan itu titik lemah tetapi juga kekuatan. Ketulusan kita kadang membuat kita kurang waspada. Salah diri sendiri karena tidak membuat batasan akan ketulusan. Ketulusan dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan mereka. Lain halnya jika ketulusan sebagai kekuatan, dapat membuat banyak pihak datang mendukung. Pilihan yang memaksa kita untuk memilih. Memilih untuk menghapus jejak jauhmu. Pergilah kemana hati membawaku. Bukankah dengan mengikuti hati, kita memperoleh kemerdekaan. Dan dengan kemerdekaan kita memperoleh kebahagian. Semoga. The purpose of life is to live a life of purpose. Nothing is impossible, but itself says “I’m possible.”
Entah itu cemas. Entah itu harapan. Entah itu hanya hembusan nafas yang silih berganti.
Disini, aku menyapa dewa malam. Dalam diam, aku menikmati kata demi kata yang diucapkan sang dewa, “ Tentang sebuah keyakinan yang tidak selalu kukuh diyakini, karena anugerah itu tak pernah mati sekalipun hari berganti.”
Kepada yang Ilahi, aku bernafas untuk menikmati detik kehidupanku. Kepada yang Ilahi juga, aku mengadu baik saat jatuh ataupun tidak karena ‘mungkin’ ada luka yang belum benar-benar sembuh yang membuat semakin jenuh dengan rasa jenuh. Ada kebenaran-kebenaran yang hanya dapat ditemukan lewat penderitaan atau titik krisis dari pelbagai situasi gawat dalam hidup kita.
Apa yang indah menurut saya belum tentu indah buat orang lain. Seharusnya, apa yang sudah tumbuh tidak bisa kamu bunuh. Tapi beberapa memiliki tastenya masing-masing. Kebohongan itu bukan cuma ganggu dan menyakitkan tetapi juga menghina.
Ke batas waktu, aku bersamamu menembus cakrawala buat duniaku meluas. Lewat perjalanan mengajarkanku bahwa tidak ada jaminan sebuah harapan berjalan sukses, apalagi hal tersebut sesuatu yang baru. Jika tidak ada jaminan sukses itulah, maka dapat membuat aku jadi lebih berani. Walaupun gagal, aku tetap melangkah. Kadang, ketulusan itu titik lemah tetapi juga kekuatan. Ketulusan kita kadang membuat kita kurang waspada. Salah diri sendiri karena tidak membuat batasan akan ketulusan. Ketulusan dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan mereka. Lain halnya jika ketulusan sebagai kekuatan, dapat membuat banyak pihak datang mendukung. Pilihan yang memaksa kita untuk memilih. Memilih untuk menghapus jejak jauhmu. Pergilah kemana hati membawaku. Bukankah dengan mengikuti hati, kita memperoleh kemerdekaan. Dan dengan kemerdekaan kita memperoleh kebahagian. Semoga. The purpose of life is to live a life of purpose. Nothing is impossible, but itself says “I’m possible.”
Depok,
dinginnya malam ditemani bunyi jangkrik. Aku bersiap menyambut terang, kelak
hidupku bisa tenang. Peganglah jagat raya dalam setiap langkah tentang sebuah
pilihan.
No comments:
Post a Comment